Sepertinya,
tak ada ajaran apapun di dunia ini yang mengajarkan manusia untuk hanya
bernafsi-nafsi: mementingkan dirinya sendiri. Semuanya meminta kita untuk
mengingat sesama. Sang Buddha, misalnya, menuntun kita untuk melakukan sebanyak
mungkin hal yang bermanfaat untuk orang lain (atthacariya). Sebab, ajaran Hindu mengingatkan kita bahwa “tat tvam
asi” (ia adalah engkau). Makanya, Islam menyebut, “Khoirunnaas anfa’uhum
linnaas” (sebaik-baiknya manusia ialah yang membawa manfaat bagi manusia).
Barangkali itulah mengapa Budi Endarto yang rektor Universitas Wijaya Putra,
Surabaya, selalu mewantiwanti dirinya untuk menjadi orang yang “memberikan
manfaat kepada masyarakat.” Adapun caranya, yaitu seperti dipetuahkan...